Senin, 27 Mei 2019

ASAL MULA NAMA MANDAILING


ASAL MULA NAMA MANDAILING

Di dalam sumpah “Palapa” Gajah Mada pada syair ke 13 Negarakertagama hasil karya Prapanca yang mermasyur itu nama Mandailing sudah tercantum dengan mencatat ekspansi Majapahit sekitar tahu 1287 Caka (1365 M) kebeberapa wilayah di luar pulau jawa.
Sebagai mana dikatakan oleh H. Mhd. Said, seorag sejarahwan yang berkecimpung dalam duia kejurnalistikan pada sebuah hariaya bernama “Waspada” terbitan pagi di Medan semenjak dari tahu 1947. Untuk bagian Sumatera misalnya salah satu diantaranya disebut Mandailing. Kakawi terebut dalam tulisan tangan ditemukan di Puri Cakranegara Lombok, diterbitkan dengan cetakan dalam bahasa dan huruf aslinya pertama kali di tahun 1902 oleh sarjana Belanda Dr. J. Brandes dengan judul bukunya “ Negarakertagama. Loftdicht van Prapanca op Koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Majapahit.
Selanjutnya H. Mhd. Said menambahkan dari studi Brandes, juga sarjana H. Kern, yang kemudian dapat dibaca dalam buku Muhammad Yamin SH berjudul “Gajah Mada” dalam huruf Latin bahasa Kawi dapat dikutip sebagian sebagai berikut :

Lwir ning nusa pronuso pramuka sakahawat ksoniri malayu/ning Jambi, mwang Palembang karitang I Teba len Dharmmacraya tumut/Kandis Kahwas Manangkabwa ri Siyak I Rekan Kampar mwang I pane/ Kampe Harw athawe Mandahiling I Tamiham Parllak mwang I Barat//

sebagai mana terlihat pada teks tersebut ekspansi pasukan majapahit ke Melayu di Sumatera merata sejak Jambi, Palembag, Muara Tebo, Darmasraya, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar, Panai, Pulau Kampar, Haru, Mandahiling atau jelasnya Mandailing. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa nama Mandailing telah terlukis indah pada syair ke-13 Negarakertagamanya Prapanca yang agung seperti tersebut diatas. Diduga wilayah Mandailing ini pada zaman itu telah mempunyai masyarakat yang homogen, yaitu masyarakat yang tumbuh dan terhimpun dalam satu ketatanegaraan kerajaan dengan kebudayaannya yang sudah tinggi pada zaman dahulu kala. Terbukti dari ekpansi pasukan kerajaan Majapahit tersebut pada sekitar tahun 1287 Caka (1365 M), dimana salah satu dari syairnya disebut nama Mandailing. Dengan demikian bila dianalisa lebih dalam nama Mandailing di Nisantara ini benar hanyalah yang berlokasi di Tapanuli Selatan Sumatera Utara saja.
Sebenarnya bukan hanya itu saja jauh sebelum atau berabad-abad sebelum zaman Prapanca tersebut di atas di daerah Mandailing telah tumbuh masyarakat yang berbudaya tinggi. Hal ini dapat diyakini pula dari catatan sejarah atas serangan Rajendra Cola dari India pada tahun 1023 Masehi atau abad ke-XI M ke kerajaan Panai. Dimana dikatakan bahwa kerajaan panai tersebut berlokasi di bagian hulu sengai Barumun, atau di sepanjang aliran sungai Batang Pane mulai dari Binanga (pertemuan sungai Barumun dengan sungai Batang Pane) termauk daerah Portibi di Gunung Tua sehingga sampai ke lembah pegunungan Sibualbuali di daerah Sipirok. Ditandai pula dengan adanya anggota masyarakat yang bermarga “Pane” di daerah Sipirok, Angkola dan Mandailing. Salah satu permukiman tua marga Pane ini terdapat di Pakantan wilayah kerajaan kerajaan marga Lubis Singasoro pada zaman dahulu bernama “Hutalobu Pane”.
Diduga sebagian kelompok marga Pane ini adalah yang bermigrasi dari sepanjang aliran sungai Batang Pane tersebut, atau dari daerah Sipirok dan Angkola atas desakan dari serangan pasukan Rajendra Cola tersebut di atas. Seiring dengan cerita ini H. Mhd. Said melanjurka dalam bukunya “Sutan Kumala Bulan” (hal. 10) dan dikutip seperlunya sebagai berikut :

Diperhatikan dari adanya bangunan bersejarah terdiri dari biara-biara tua di Tapanuli Selatan, khususnya Padang Lawas, dapat diyakini bahwa pertumbuhan masyarakat yang berbudaya di wilayah itu masih berabad-abad lebih tua dari zaman Prapanca. Serangan Rajendra Cola dari India tahun 1023-24 M, antara lain ke Panai misalnya, menunjukkan perluya suatu ekspedisi militer untuk menaklukkan kerajaan tersebut. Panai diperkirakan lokasinya di hulu sungai Barumun, ditandai dengan adanya nama Batang Pane dan anggota masyarakat yang bermarga Pane di Angkola Sipirok.

Sumber : Buku "Sejarah Marga-Marga", Oleh Prof. Dr. HARUN RASYID LUBIS (Seorang Guru Besar di Universitas Sumatera Utara)
BERSAMBUNG ……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar